Tuesday 27 November 2012

Kenapa Malu Dikenal Sebagai Aktivis Dakwah?

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ini adalah sebuah kisah yang ana ilhami dari sebuah kisah nyata.

---

Sewaktu SMA, Fede dikenal sebagai seorang aktivis dakwah. Dia dikenal sebagai seorang yang aktif dan berani bersuara untuk menjaga teman-temannya tidak melenceng dari aturan agama Islam yang sebenarnya (tentunya dengan cara yang lembut). Dia dikenal "kuat luar-dalam" di bidang agama. Meski dia sendiri merasa masih sungguh sangat lemah.

Kini dia telah menapak selangkah lebih jauh dalam tingkat kependidikannya, yaitu kuliah. Alhamdulillah, dia diterima di sebuah universitas negeri yang cukup ternama. Dia lega. Karena keinginannya telah tercapai. Akan tetapi, ada satu hal yang mengganjal di dalam hati nya. "Apakah aku akan mampu untuk tetap seperti ini (menjadi aktivis)?". Di satu sisi dia sangat ingin untuk tetap dikenal sebagai aktivis. Akan tetapi di sisi lain dia kawatir apakah kelak teman-temannya di kampus akan menerima statusnya sebagai kader dakwah. Pertanyaan ini terus berkecamuk di dalam pikirannya. Hingga akhirnya masa perkuliahan pun tiba.

Ketika di kampus, dia mendapati salah seorang dari teman-teman kampusnya adalah ikhwah dari Rohis SMA lain yang bernama Fides. Kembali, ada hal aneh yang berkecamuk di dalam dirinya. Di satu sisi dia senang karena ada teman yang sudah dikenal cukup dekat, namun di sisi lain dia juga takut identitasnya dulu sebagai ADS (Aktivis Dakwah Sekolah) terbongkar.

Masa perkenalan mahasiswapun selesai. Identitas Fede sebagai mantan ADS masih belum terbongkar (hanya Fides yang terang-terangan menampakkan diri sebagai kader dakwah) dan dia mendapati dirinya diterima dengan sangat baik oleh teman-teman barunya itu. Di kalangan teman-teman barunya itu Fede dikenal sebagai sosok yang humoris dan supel tanpa ada tanda-tanda sebagai mantan ADS. Di suatu waktu, ketika Fede tengah berjalan bersama Fides dan beberapa teman-teman barunya itu, dia melihat selebaran yang menarik perhatiannya. Selebaran itu menerangkan bahwa akan ada pengajian kader dakwah kampus. Beberapa teman-teman barunya itu kaget melihat tingkah Fede. Sontak, salah seorang dari mereka, yang bernama Teufel, bertanya,"Lu aktivis dakwah,bro?". Fede pun kaget. "Akh! Kenapa aku tertarik dengan selebaran ini!? Identitasku di SMA dulu bisa ketahuan!". Dengan gugup dia menjawab,"Nggak. Mana mungkin orang macam gue aktivis dakwah. Hahahahaha...". Teufel dan yang lainnya pun percaya. Fides, yang melihat kejadian ini secara langsung, kaget dan heran. Namun dia cukup dewasa untuk diam dulu menunggu waktu yang tepat untuk bertanya pada Fede.

Sepulang dari kuliah di hari itu, Fides pun langsung menemui Fede yang sedang duduk-duduk di saung tempat mahasiswa yang sedang menunggu jam kuliah duduk-duduk.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Eh, ente Des."

"Iya akhi. Khaifa haluka?"

Fede tampak seperti ketakutan. Dia takut ada yang mendengar percakapan ini dan identitasnya ketahuan. Dia pun berkata,

"Maaf Des. Tolong jangan pakai bahasa aktivis di sini. Gue nggak mau dikenal sebagai aktivis."

"Lho? Memangnya kenapa, akhi?"

"Gue takut ntar tu anak-anak pada ngejauhin gue karena identitas ADS itu.""Lah? Kok gitu toh? Emangnya identitas sebagai mantan ADS itu memalukan buat anta?"

"Bukan. Bukan gitu maksud gue, Des. Tapi lu liat aja tuh anak-anak pada kaget kan waktu ngeliat gue tertarik ama selebaran pengajian itu? Nah, itu baru ngeliat gue baca selebaran doang lho. Apalagi kalau mereka sampai tau kalau gue ini mantan ADS! Bisa-bisa gue dijauhin. Dianggap teroris segala kali."

"Astaghfirullah. Akhi, sudahkan anta istighfar? Begini akhi, ana sungguh tidak mengerti jalan pikiran ente. Kalau ente menganggap identitas ADS itu bukanlah hal yang memalukan, lantas kenapa ente malu kalau mereka tau ente itu mantan ADS? Terus, ente tadi bilang takut mereka ngejauh. Akhi, ane yakin ente udah tau hadits mutafaq ‘alaih yang diriwayatkan dari AbûHurairah. Di sana disebutkan bahwa,'Rasulullah saw. bersabda: Allah Swt. berfirman, “Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, niscaya Aku juga akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu kaum, niscaya Aku juga akan mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekati-Ku dalam jarak sejengkal, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepada-Ku dalam keadaan berjalan,...'"

"'...niscaya Aku akan datang kepadanya dalam keadaan berlari.'", lanjut Fede.

"Nah itu ente masih hafal. Ingat akhi! Allah sendiri yang berjanji jika kita mendekati-Nya dengan berjalan, Dia akan mendatangi kita dengan berlari. Nah, dengan dikenalnya kita sebagai mantan ADS, kita akan lebih terjaga diantara teman-teman baru kita itu. Mereka tentu akan menjaga jarak, tapi mereka menjaga jarak karena menghormati kita yang merupakan aktivis. Mereka (yang akhwat) tentu akan berpikir panjang untuk menyentuh kita."

Fede pun nampak berpikir keras. Benar apa yang dikatakan oleh Fides. Semenjak dia berada di dunia kuliah ini, dia mendapati dirinya sangat susah untuk tidak bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. Meskipun dia tidak ingin dikenal sebagai mantan ADS, dia tentu tidak melupakan ilmu-ilmu yang telah didapatnya selama menjadi ADS. Dia tentu takut akan dosa. Namun, tetap saja masih ada sisi dirinya yang menolak kebenaran-kebanaran ini.

"Tapi Des, ntar kalau nyatanya mereka ngejauhin gue gimana? Gue mau temenan ama siapa coba?""*geleng-geleng kepala* akhi, emangnya yang bisa jadi teman ente cuma mereka? Jika mereka tidak bisa menerima keadaan ente yang merupakan mantan ADS, ya sudah. Biarkan saja. Itu artinya mereka berpotensi untuk ente jadikan ladang dakwah. Lagian, Allah selalu bersama pejuang agama-Nya,akhi. Kalau Allah saja sudah bersama kita, lantas apalagi yang harus kita risaukan? Punya teman manusia? Perkara kecil itu mah bagi Allah."Sekali lagi. Benar apa yang dikatakan Fides. Dan kali ini, hati nurani Fede pun benar-benar tercerahkan. Dia pun tersenyum kepada sahabatnya itu seraya berkata,

"Syukran akhi. Ente udah ngebantu ane kembali ke jalan yang bener. Ane nggak bakal malu dikenal sebagai mantan ADS. Eh, kita jadi ADK (Aktivis Dakwah Kampus) yuk. Kepalang tanggung mah. Hahahaha...".

"Count me in, akhi. Hahahaha..."

Sejak hari itu, Fede pun tetap bertingkah seperti biasanya. Hanya saja, dia tidak segan-segan lagi untuk bersikap selayaknya mantan ADS yang tegas namun lembut dalam pengakkan hukum Islam di kalangan teman-temannya.



---


Sekian sepenggal kisah ini. Afwan jika ada salah dan kurang atau mungkin kepanjangan. Ditunggu kritik, saran, dan tambahannya ya akhi wa ukhti.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(^_^)


Sumber hadits: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2072508-berdzikir-kepada-allah/#ixzz2AyyZzHK7


Thursday 1 November 2012

Tangan Paling Panjang

Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW. tiba di halaman Masjid, seorang Arab Badui mencegat beliau seraya berkata, “Ya Muhammad. Berikanlah padaku harta Allah yang ada padamu.”. Karena saat itu yang dimiliki Nabi SAW. hanyalah jubah yang tengah dipakainya, sambil tersenyum Rasulullah melepas jubah yang dikenakannya itu dan memberikannya kepada lelaki itu.
***
Beberapa hari sebelum wafat, Nabi Muhammad SAW. menunjukkan tanda-tanda khusus yang belum pernah disaksikan oleh para anggoa keluarga dan sahabat-sahabat beliau. Suatu hari Rasulullah ditanya oleh para istrinya, “Siapakah diantara kami yang pertama kali akan menemui engkau kelak?”. Dengan suara bergetar hati Nabi SAW. menjawab, “Tangan siapa diantra kalian yang lebih panjang, itulah yang lebih dahulu menemuiku.”.
Sontak para istri beliau langsung membandingkan tangan-tangan mereka satu sama lain. Mereka menduga bahwa Saudah-lah yang akan lebih dahulu meninggal karena tangannya lah yang paling panjang, sebab dialah yang paling tinggi dan besar.
Sekitar 10 tahun setelah Nabi SAW. wafat, Zainab wafat. Di antara para istri Nabi, Zainab memiliki perawakan yang paling kecil. Semasa hidup, Zainab juga dijuluki “Ibu Kaum Miskin” karena begitu dekat dan pemurah kepada orang miskin. Tahulah para istri Nabi bahwa yang dimaksud tangan yang paling panjang oleh Nabi Muhammad SAW. adalah orang yang gemar memberi sedekah kepada fakir miskin.

***
Suatu kali para sahabat menemukan Ali bin Abi Thalib sedang terisak menangis. Ketika ditanya mengapa gerangan beliau menangis, orang yang penuh kemuliaan itu berkata, “Sudah satu minggu tak ada seorang tamu pun yang datang kepadaku. Aku takut Allah sedang menghinakan aku.”.

Ibnu Rafi’ pernah pula berkata, “Pada suatu hari raya, aku menemukan Ali bin Abi Thalib sedang duduk. Di sebelahnya ada sebuah kantung yang diikat erat-erat. Aku mengira isinya pasti perhiasan yang mahal-mahal. Tapi ketika Ali membukanya, aku nyaris tidak percaya dengan apa yang ku lihat. Bungkusan itu Cuma berisi roti kering yang maling paling rakuspun takkan mau mencurinya.
Kemudian roti itu dilembutkan dengan air. Ketika kutanya mengapa kantung yang cuma berisi roti kering itu diikat begitu rupa? Ali menjawab, ‘Agar anak-anakku tidak membuka dan menggantinya dengan roti yang halus dan mengandung mentega.’. Aku bertanya heran, ‘Apakah Allah melarang anda menikmati makanan yang lebih baik?’, Ali menjawab,’Sama sekali tidak. Aku hanya ingin memakan makanan rakyat yang paling miskin. Aku baru akan mengubah makananku setelah aku bisa memperbaiki taraf hidup dan nilai makan mereka.’”.

(disadur dari Koran Singgalang)

*****

Begitulah sahabatku,, kisah-kisah para pemimpin mulia beberapa abad silam yang kini mungkin hanya tinggal kisah yang diceritakan saja…. Sikap tawadhu dan kesederhanaan sungguh sudah sangat jauh dari para pemimpin kita saat ini. Kini para pemimpin itu tak ada habisnya meminta fasilitas yang berlebihan sementara rakyat yang mereka pimpin sengsara. Terlunta-lunta. Naudzubillah.

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah-kisah di atas….

Assalamu’alaikum…..
(^_^)