Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW. tiba di halaman Masjid, seorang Arab Badui mencegat beliau seraya berkata, “Ya Muhammad. Berikanlah padaku harta Allah yang ada padamu.”. Karena saat itu yang dimiliki Nabi SAW. hanyalah jubah yang tengah dipakainya, sambil tersenyum Rasulullah melepas jubah yang dikenakannya itu dan memberikannya kepada lelaki itu.
***
Beberapa hari sebelum wafat, Nabi Muhammad SAW. menunjukkan tanda-tanda khusus yang belum pernah disaksikan oleh para anggoa keluarga dan sahabat-sahabat beliau. Suatu hari Rasulullah ditanya oleh para istrinya, “Siapakah diantara kami yang pertama kali akan menemui engkau kelak?”. Dengan suara bergetar hati Nabi SAW. menjawab, “Tangan siapa diantra kalian yang lebih panjang, itulah yang lebih dahulu menemuiku.”.
Sontak para istri beliau langsung membandingkan tangan-tangan mereka satu sama lain. Mereka menduga bahwa Saudah-lah yang akan lebih dahulu meninggal karena tangannya lah yang paling panjang, sebab dialah yang paling tinggi dan besar.
Sekitar 10 tahun setelah Nabi SAW. wafat, Zainab wafat. Di antara para istri Nabi, Zainab memiliki perawakan yang paling kecil. Semasa hidup, Zainab juga dijuluki “Ibu Kaum Miskin” karena begitu dekat dan pemurah kepada orang miskin. Tahulah para istri Nabi bahwa yang dimaksud tangan yang paling panjang oleh Nabi Muhammad SAW. adalah orang yang gemar memberi sedekah kepada fakir miskin.
***
Suatu kali para sahabat menemukan Ali bin Abi Thalib sedang terisak menangis. Ketika ditanya mengapa gerangan beliau menangis, orang yang penuh kemuliaan itu berkata, “Sudah satu minggu tak ada seorang tamu pun yang datang kepadaku. Aku takut Allah sedang menghinakan aku.”.
Ibnu Rafi’ pernah pula berkata, “Pada suatu hari raya, aku menemukan Ali bin Abi Thalib sedang duduk. Di sebelahnya ada sebuah kantung yang diikat erat-erat. Aku mengira isinya pasti perhiasan yang mahal-mahal. Tapi ketika Ali membukanya, aku nyaris tidak percaya dengan apa yang ku lihat. Bungkusan itu Cuma berisi roti kering yang maling paling rakuspun takkan mau mencurinya.
Kemudian roti itu dilembutkan dengan air. Ketika kutanya mengapa kantung yang cuma berisi roti kering itu diikat begitu rupa? Ali menjawab, ‘Agar anak-anakku tidak membuka dan menggantinya dengan roti yang halus dan mengandung mentega.’. Aku bertanya heran, ‘Apakah Allah melarang anda menikmati makanan yang lebih baik?’, Ali menjawab,’Sama sekali tidak. Aku hanya ingin memakan makanan rakyat yang paling miskin. Aku baru akan mengubah makananku setelah aku bisa memperbaiki taraf hidup dan nilai makan mereka.’”.
(disadur dari Koran Singgalang)
*****
Begitulah sahabatku,, kisah-kisah para pemimpin mulia beberapa abad silam yang kini mungkin hanya tinggal kisah yang diceritakan saja…. Sikap tawadhu dan kesederhanaan sungguh sudah sangat jauh dari para pemimpin kita saat ini. Kini para pemimpin itu tak ada habisnya meminta fasilitas yang berlebihan sementara rakyat yang mereka pimpin sengsara. Terlunta-lunta. Naudzubillah.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah-kisah di atas….
***
Beberapa hari sebelum wafat, Nabi Muhammad SAW. menunjukkan tanda-tanda khusus yang belum pernah disaksikan oleh para anggoa keluarga dan sahabat-sahabat beliau. Suatu hari Rasulullah ditanya oleh para istrinya, “Siapakah diantara kami yang pertama kali akan menemui engkau kelak?”. Dengan suara bergetar hati Nabi SAW. menjawab, “Tangan siapa diantra kalian yang lebih panjang, itulah yang lebih dahulu menemuiku.”.
Sontak para istri beliau langsung membandingkan tangan-tangan mereka satu sama lain. Mereka menduga bahwa Saudah-lah yang akan lebih dahulu meninggal karena tangannya lah yang paling panjang, sebab dialah yang paling tinggi dan besar.
Sekitar 10 tahun setelah Nabi SAW. wafat, Zainab wafat. Di antara para istri Nabi, Zainab memiliki perawakan yang paling kecil. Semasa hidup, Zainab juga dijuluki “Ibu Kaum Miskin” karena begitu dekat dan pemurah kepada orang miskin. Tahulah para istri Nabi bahwa yang dimaksud tangan yang paling panjang oleh Nabi Muhammad SAW. adalah orang yang gemar memberi sedekah kepada fakir miskin.
***
Suatu kali para sahabat menemukan Ali bin Abi Thalib sedang terisak menangis. Ketika ditanya mengapa gerangan beliau menangis, orang yang penuh kemuliaan itu berkata, “Sudah satu minggu tak ada seorang tamu pun yang datang kepadaku. Aku takut Allah sedang menghinakan aku.”.
Ibnu Rafi’ pernah pula berkata, “Pada suatu hari raya, aku menemukan Ali bin Abi Thalib sedang duduk. Di sebelahnya ada sebuah kantung yang diikat erat-erat. Aku mengira isinya pasti perhiasan yang mahal-mahal. Tapi ketika Ali membukanya, aku nyaris tidak percaya dengan apa yang ku lihat. Bungkusan itu Cuma berisi roti kering yang maling paling rakuspun takkan mau mencurinya.
Kemudian roti itu dilembutkan dengan air. Ketika kutanya mengapa kantung yang cuma berisi roti kering itu diikat begitu rupa? Ali menjawab, ‘Agar anak-anakku tidak membuka dan menggantinya dengan roti yang halus dan mengandung mentega.’. Aku bertanya heran, ‘Apakah Allah melarang anda menikmati makanan yang lebih baik?’, Ali menjawab,’Sama sekali tidak. Aku hanya ingin memakan makanan rakyat yang paling miskin. Aku baru akan mengubah makananku setelah aku bisa memperbaiki taraf hidup dan nilai makan mereka.’”.
(disadur dari Koran Singgalang)
*****
Begitulah sahabatku,, kisah-kisah para pemimpin mulia beberapa abad silam yang kini mungkin hanya tinggal kisah yang diceritakan saja…. Sikap tawadhu dan kesederhanaan sungguh sudah sangat jauh dari para pemimpin kita saat ini. Kini para pemimpin itu tak ada habisnya meminta fasilitas yang berlebihan sementara rakyat yang mereka pimpin sengsara. Terlunta-lunta. Naudzubillah.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah-kisah di atas….
Assalamu’alaikum…..
(^_^)
No comments:
Post a Comment