Monday 8 August 2011

Ketika Neraka bukan lagi ancaman yang berarti bagi mereka

Waktu itu bulan puasa. Selayaknya anak sekolahan yang lain. Aku harus mengikuti pesantren Ramadhan. Sungguh, sebenarnya aku sangat bosan mengikutinya. Karena materi yang monoton dan lingkungan yang lain daripada di sekolah ku. Tapi mau bagaimana lagi. Mau tidak mau aku harus ikut.

Maka waktu itu kalau tidak salah ingat, hari Rabu. Aku sedang duduk di dalam Masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahku. Ya. Waktu itu aku sedang mengikuti "pesta" pesantren Ramadhan. Dan seperti yang kita ketahui saja akan kelakuan remaja-remaji labil yang baru mengenal kata "dewasa". Mereka ribut disana-sini. Ada yang ngobrol. Ada yang guling-guling nggak jelas. Ada yang sms-an. Bahkan ada yang bakar mercun di dalam Masjid! BAYANGKAN! MEMBAKAR MERCUN! Padahal saat itu sedang materi Asma'ul Husna! Dimana letak otak mereka ini? Padahal mereka sudah SMA! Tidak ada etika sama sekali.

Aku, yang waktu itu lagi kalem, mencoba untuk tetap istiqamah dengan diam dan tenangku. Mungkin ada yang bertanya, "Mengapa tidak kau tegur mereka itu? Padahal mereka berbuat salah di depan matamu sendiri!". Kawan, kalau kau kira aku tidak menegur mereka, maka halal lah bagiku untuk menghajar hidungmu barang sekali. Asal kau tau, aku sudah menegur mereka. Dan apa hasilnya? "Sok alim ang mah!". Itu lah balasannya. Dan tidak jarang pula disertai sumpah-serapah terbaik pilihan mereka yang mereka lontarkan. Makanya aku memilih untuk diam. Toh kewajibanku untuk mengingatkan mereka sudah ku lakukan. Aku tidak berhutang lagi pada Allah.

Namun, memang dengan kondisi yang seperti itu ketika puasa+rasa kasihan melihat para guru pembimbing yang telah sangat letih dan sedih menjinakkan mereka memang sangat gampang menstimulasi kesabaran agar cepat habis. Maka terpaksa lah selanjutnya aku turun tangan. Aku jinakkan mereka dengan agak sedikit kasar (cara yang tidak aku sukai!). Alhamdulillah. Mereka jinak juga. Maka duduklah aku kembali dengan senang,riang,hari yang ku nantikan (lagu Sherina).

Lalu kawan dekatku yang duduk di sebelahku (dia juga salah satu pelaku yang tidur-tiduran) mendekatkan kepalanya kepadaku dan berkata,"Pesantren (Ramadhan) ini sungguh membosankan dan parah!". Pernyataannya itu aku amin-kan dengan sepenuh hati. Karena memang itu kenyataannya. Lalu aku bertanya padanya,"Kenapa mereka (anak-anak yang brutal itu) berlaku seperti itu? Apa mereka tidak takut sama guru pembimbing? (kenapa tidak aku bilang "pada Allah"?Kawan, kertika berdakwah itu kita harus memperhatikan situasi dan kondisi orang yang kita dakwahi.)". Lalu dia berfatwa sesuatu hal yang menggoncangkan dunia persilatan,"Ah, ngapain takut? Mereka (guru pembimbing) ancamannya kuno! Masa' masih ngancam dengan membawa-bawa nilai dan NERAKA? Nggak jaman lagi.". JDEEER! Sungguh, saat itu aku merasa halilintar bersahut-sahutan di langit. Aku begitu terkejut mendengar hal itu. Apa yang ada dipikiran mereka ini? Neraka bagiku adalah seburuk-buruknya ancaman. Salah satu ancaman yang paling ampuh untuk menjinakkan diriku. Tapi bagi mereka neraka itu bukan apa-apa? Astaghfirullah...



---------------

itulah sepenggal kisah ku. Dari kisah tersebut dapat kita lihat. Bahwa pemuda-pemudia zaman sekarang sudah tidak takut lagi akan yang namanya dosa & neraka. Mungkin diantara pembaca semua ada yang berkata,"Ah, itu kan di Masjid kamu saja!". Mungkin iya. Tapi ini hanyalah SALAH SATU CONTOH. Kalau kau mau contoh yang lain, silahkan kau pergi ke taplau itu setelah shalat Subuh dan lihat fenomena ASMARA SUBUH itu. Atau mau yang lebih ekstrim? Silahkan pergi ke taplau itu pada saat Sabtu malam. Maka kau akan terkejut mendapati banyaknya pasangan mesum yang duduk-duduk berdua di bebatuan itu. Bahkan-tidak jarang pula-kita tidak akan tahu lagi yang mana tangan si lelaki dan yang mana buah dada si perempuan. Silahkan buktikan sendiri.

Maka dari itu, kita di sini (saya dan para pembaca) yang telah mengetahui hal yang lebih benar daripada yang menurut mereka benar ini harusnya bisa dan berani melakukan sesuatu untuk menyadarkan mereka. Jangan hanya seperti orang-orang tua bangkotan yang bahkan untuk duduk pun sudah susah itu lakukan! Mereka hanya bisa mengata-ngatai generasi muda sekarang dan hanya bisa memarahi kita tanpa melakukan sesuatu untuk perubahan! Harusnya kita ini lah! Generasi penerus dan pelurus bangsa! Kita lah yang harus merubah negeri dan negara ini ke arah yang benar! Tidak akan ada yang bisa merubahnya kecuali kita rakyatnya, masyarakatnya! Jangan sampai "warisan" orang-orang tua itu menurun lagi ke generasi di bawah kita. Sudah saatnya kita mengakhiri tradisi yang sudah mendarah daging ini!

Ayo sahabat-sahabatia dan saudara-saudariku. Ayo kita rubah negeri ini. Biasakanlah untuk berbuat kebaikan karena kelak itu semua akan dicontoh oleh manusia-manusia yang lain. Ingatlah,"Rasulullah saw. bersabda yang artinya: “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya dia segera memperbaikinya.” (HR. Bukhari)".

Semoga Allah senantiasa membimbing kita di jalan yang benar dan kita selalu istiqamah di jalan-Nya,

Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah.

Afwan jika ada kesalahan dan ada yang kurang berkenan. Sungguh, saya hanya ingin mengingatkan dan sayapun juga sedang belajar.




Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh (^_^)

2 comments: